Jumat, 05 April 2013


Lomba Senjata China Versus Amerika Serikat.



China  kini aktif mengembangkan pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle). Contohnya pesawat Yilong I (Pterodactyl) dan BZK-005 yang keduanya memiliki spesifikasi persis dengan Predator dan Global Hawk milik militer Amerika Serikat. Sebelum kedua pesawat ini diperkenalkan, China juga tercatat memiliki pesawat tanpa awak yang oleh pihak barat dijuluki sebagai Dark Sword. Dark Sword ini pertama kali terdeteksi pihak barat pada tahun 2006 yang lalu dan diperkirakan mampu melakukan perjalanan tanpa awaknya jauh dari wilayah China. Dan untuk mendukung kekuatan pesawat tempur mereka, musim panas yang lalu pemerintah China telah mengumumkan pembangunan 11 pangkalan udara baru di sepanjang pantai China.  
Sebagai tambahan, jika sebelumnya hanya Amerika Serikat yang memiliki kemampuan untuk mengirimkan kapal induk yang penuh dengan pesawat siap tempur kesetiap penjuru bumi, China kini diketahui telah membeli kapal induk milik mantan Uni Soviet berukuran 65 ribu ton dengan memanfaatkan suatu Travel Agen palsu sebagai perusahaan pembelinya. Kapal induk tersebut diketahui kini telah dilengkapi dengan mesin dan persenjataan baru termasuk dalam hal ini sejumlah rudal permukaan ke udara yang oleh pihak barat dijuluki Flying Leopard (Singa Terbang) dan sistem pertahanan udara otomatis. Kapal induk tersebut kini bernama Liao Ning mampu mengangkut 50 unit pesawat jet tempur Shen Yang J-15 'Flying Shark' (Hiu Terbang). Jet tempur ini berkemampuan sebanding dengan Jet Tempur Amerika Serikat jenis F-18.  
 Dan sebagai perkembangan teknologi untuk Angkatan Darat China, pemerintah China kini juga telah memiliki sejumlah rudal jarak jauh yang berkode DF-21D. Rudal ini dapat diluncurkan dari truk khusus, sehingga dapat dimobilisasi dengan cepat. Pihak barat menjulukinya sebagai Carrier Killer.
Disamping itu, secara rahasia, China diketahui tengah menyiapkan sejumlah kapal perusak anti deteksi radar yang masing-masing berukuran 8 ribu ton dan sejumlah kapal selam nuklir serta sejumlah kapal peluncur kendaraan amphibi.
 Kabar terbaru menyatakan bahwa China baru saja meluncurkan kapal penjelajah baru berukuran 36 ribu ton bernama Bahai Sea Green Pearl yang mampu mengangkut 2 ribu prajurit beserta 300 kendaraan tempurnya. Dalam hal ini China menyatakan bahwa kini mereka siap mendukung misi keamanan PBB meskipun pasukan mereka harus berada di pedalaman Afrika atau Amerika Selatan.
 Perlu diketahui bahwa hingga saat ini, sistem informasi militer dan pemerintahan Amerika Serikat 80% mengandalkan satelit dan GPS.
 Sementara itu, China diketahui tengah mengembangkan sejumlah satelit mikro yang mampu bertindak sebagai pesawat 'kamikaze' sehingga mampu merontokkan satelit manapun yang dipandang sebagai bahaya bagi China dengan cara menabrakkan diri ke satelit lawan. Disamping itu di permukaan bumi pun China tengah mengembangkan sejumlah senjata laser yang dapat melelehkan satelit manapun yang dianggap sebagai musuh yang melintas di wilayah udara China.

 Kolonel Senior Yao Yun Zhu dari Chinese Academy of Military Science menyatakan bahwa kini Amerika Serikat bukanlah satu-satunya negara dengan kekuatan super power di ruang angkasa. China tengah menyiapkan pengiriman lebih dari 100 satelit militer dan sipil dalam dekade ini dengan menggunakan pesawat ruang angkasa pengirim tanpa awak dan dapat dipakai ulang. Pesawat ruang angkasa tersebut bernama Shen Long.
 Dalam hal perang 'Cyber', China juga mengembangkan suatu sistem yang disebut sebagai Informationized Warfare (Peralatan Perang Sistem Informasi). Jika Amerika Serikat memiliki Cyber Command, China kini tengah melatih sejumlah 130.000 personil untuk perang sistem informasi.
 Sementara itu, minggu lalu, Angkatan Laut Amerika Serikat telah selesai melaksanakan uji penempatan pesawat X-47B di kapal induk bertenaga nuklir kelas Nimitz USS Harry S Truman. X-47B adalah pesawat jet tempur tanpa awak (Unmanned Combat Air System / UCAS) buatan Northrop Grumman Amerika Serikat.
 Uji coba ini dimulai tanggal 26 November 2012 yang lalu. Dalam uji coba kali ini masih belum meliputi tes lepas landas dan mendarat di kapal induk tersebut. Uji coba kali ini antara lain bertujuan melakukan pengetesan tata cara pengangkutan dan penempatan pesawat khusus ini di kapal induk, penarikan di geladak dengan traktor pemindah, pengarahan posisi dengan kontrol operator menggunakan katrol, dan pengetesan sistem digital mesinnya dalam area yang dipenuhi gelombang elektromagnet.
Sehingga, justru yang menjadi kekhawatiran Amerika Serikat adalah persenjataan-persenjataan non nuklir pihak China.
 Memang saat ini Amerika Serikat dan China terikat dalam banyak kesepakatan perdagangan dan investasi. Tetapi seperti di uraikan sebelumnya, akan selalu ada kemungkinan kedua pihak ini dapat memiliki kepentingan yang saling berseberangan, dan ini bersifat sangat riskan meskipun kedua pemerintahan menyatakan bahwa perselisihan yang mungkin terjadi antar dua negara akan menimbulkan efek merugikan yang sangat besar bagi kedua belah pihak sehingga mereka akan selalu berusaha menghindari konfrontasi langsung.
 Mungkin itu juga sebabnya saat sejumlah laporan intelijen menunjukkan bahwa pesawat mata-mata Iran RQ-170 yang jatuh di perbatasan Iran baru-baru ini ternyata dibuat dengan bekerjasama dengan sejumlah ilmuwan China, pemerintah Amerika Serikat memilih untuk tidak banyak berkomentar.
 Memang dalam banyak hal Amerika Serikat perlu sangat berhati-hati dalam menghadapi China. Karena, berbeda dengan Uni Soviet dulu yang merupakan gabungan dari banyak negara-negara komunis yang 'terpaksa' bersatu dalam Persatuan Soviet dan terdiri dari banyak ras suku bangsa sehingga relatif mudah dipecah-belah. China sejak zaman dahulu adalah negeri tunggal yang secara ras cukup homogen.
 Selain itu, di Amerika Serikat sendiri sejak zaman koboy sudah banyak orang-orang keturunan China yang sulit dibedakan mana yang keturunan China Sosialis dan mana yang Kapitalis. Berbeda dengan Negara China, dimana keberadaan orang kulit putih sangat mudah di tandai. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar