Analisys Kekerasan Terhadap Anak
Kekerasan tehadap anak adalah tindak
kekerasan scara fisik, seksual, penganiayaan emosional, atau pengabaian
terhadap anak. Di amrika serikat, pusat pengendalian anak dan pencegahan (CDC)
mndfinisikan penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau srangkaian tindakan
wali, kelalaian oleh orang atau pengasuh
lainnya yang di hasilkan dapt mmbahayakan anak. Sebagian besar terjadi kekerasan terhadap anak di rumah anak itu sendiri. Dan jumlah yang
kcil kerap terjadi di skolah maupam di lingkungan. Ada empat kategori utama
tindak kekerasan terhadap anak, yaitu pengabaian, kekerasan fisik, pelecehan
emosional/psikologis, dan pelecehan seksual anak.
Ternyata, di zaman modern ini,
kekerasan anak di Indonesia tidak semakin berkurang,
tetapi meningkat dari tahun ke tahun. Seto
Mulyadi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia,
misalnya, mencatat pada 2003 terdapat 481 kasus kekerasan.
Jumlah itu meningkat menjadi 547 kasus pada 2004,
dengan 221 kasus merupakan kekerasan seksual, 140
kekerasan fisik, 80 kekerasan psikis, dan 106
permasalahan lainnya. Sebelumnya, majalah Medika mencatat,
pada 1992 lalu,
dilaporkan terjadi tiga juta kasus perlakukan keji terhadap anak-anak di
bawah umur 18 tahun, dan 1299 di antaranya meninggal dunia.
Kekerasan terhadap anak sebenarnya bukan sekadar urusan fisik dan
seksual.
Itu hanyalah bagian kecil dari kasus yang
terjadi. Kalau mau lebih esensial menilai,
kekerasan juga meliputi kekerasan psikis dan
sosial (struktural).
Analisys:
Kebanyakan kekerasan itu terjadi
karna karna rasa emosi yang tidak
tertahankan, biasanya emosi yang sangat
mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut) tu menyebabkan aktivitas badan yang sangat
tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar
untuk
membiaskan dengan menggunakan fisik
Emosi sendiri itu timbul karena
pengaruhperubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu
karenasedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa
emosidisebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf
terutamaotak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf
bekerjasangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang
dapatmempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi. (menurut James &Langei)
Gejala-gejala atau
perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya
adalah ;
Perubahan fisiologik
: Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual,
frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon
tinggi.
Perubahan emosional : mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.
Dampak emosi: Secara alami, anak memilih ibu untuk melekat. Disekap, disentuh, dibelai dan dipeluk adalah kebutuhan utama bayi. dari pengalaman ini bayi menumbuhkan cinta di hati, membangun rasa percaya di dalam diri dan terhadap orang lain, dan yang utama adalah tumbuhnya rasa aman. Itu sebabnya anak-anak dengan riwayat diabaikan, berisiko mengalami masalah-masalah emosi bahkan kejiwaan:
Perubahan emosional : mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.
Dampak emosi: Secara alami, anak memilih ibu untuk melekat. Disekap, disentuh, dibelai dan dipeluk adalah kebutuhan utama bayi. dari pengalaman ini bayi menumbuhkan cinta di hati, membangun rasa percaya di dalam diri dan terhadap orang lain, dan yang utama adalah tumbuhnya rasa aman. Itu sebabnya anak-anak dengan riwayat diabaikan, berisiko mengalami masalah-masalah emosi bahkan kejiwaan:
- Mudah cemas, depresi, sulit percaya pada orang lain dan merasa tidak aman.
- Penelitian Dante Cicchetti, ahli psikopatologi dari University of Minessota (AS) menyebut, 80% bayi yang ditelantarkan menunjukkan perilaku kelekatan yang tidak jelas.
- Di usia muda anak menolak dan melawan ppengasuhnya, bingung, gel;isah, atau cemas. Di usia 6 tahun, anak tidak bertingkah laku layaknya anak, ia ingin mendapat perhatian dengan cara melayani orang tuanya.
Dampak fisik: Asupan gizi yang tidak
memadai.