Minggu, 28 Oktober 2012

kasus kekerasan terhadap anak



Analisys Kekerasan Terhadap Anak
             Kekerasan tehadap anak adalah tindak kekerasan scara fisik, seksual, penganiayaan emosional, atau pengabaian terhadap anak. Di amrika serikat, pusat pengendalian anak dan pencegahan (CDC) mndfinisikan penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau srangkaian tindakan wali, kelalaian  oleh orang atau pengasuh lainnya yang di hasilkan dapt mmbahayakan anak. Sebagian besar  terjadi kekerasan terhadap anak  di rumah anak itu sendiri. Dan jumlah yang kcil kerap terjadi di skolah maupam di lingkungan. Ada empat kategori utama tindak kekerasan terhadap anak, yaitu pengabaian, kekerasan fisik, pelecehan emosional/psikologis, dan pelecehan seksual anak.
             Ternyata, di zaman modern ini, kekerasan anak di Indonesia tidak semakin berkurang, tetapi meningkat dari tahun ke tahun. Seto Mulyadi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia, misalnya, mencatat pada 2003 terdapat 481 kasus kekerasan. Jumlah itu meningkat menjadi 547 kasus pada 2004, dengan 221 kasus merupakan kekerasan seksual, 140 kekerasan fisik, 80 kekerasan psikis, dan 106 permasalahan lainnya. Sebelumnya, majalah Medika mencatat, pada 1992 lalu, dilaporkan terjadi tiga juta kasus perlakukan keji terhadap anak-anak di bawah umur 18 tahun, dan 1299 di antaranya meninggal dunia. Kekerasan terhadap anak sebenarnya bukan sekadar urusan fisik dan seksual. Itu hanyalah bagian kecil dari kasus yang terjadi. Kalau mau lebih esensial menilai, kekerasan juga meliputi kekerasan psikis dan sosial (struktural).

Analisys:
           Kebanyakan kekerasan itu terjadi karna  karna rasa emosi yang tidak tertahankan, biasanya emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut) tu  menyebabkan aktivitas badan yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk  membiaskan dengan menggunakan fisik
           Emosi sendiri itu timbul karena pengaruhperubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karenasedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosidisebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutamaotak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerjasangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapatmempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi. (menurut James &Langei)
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah ;
Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil  dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
Perubahan emosional : 
mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
Perubahan perilakuAgresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.
 Dampak emosi: Secara alami, anak memilih ibu untuk melekat. Disekap, disentuh, dibelai dan dipeluk adalah kebutuhan utama bayi. dari pengalaman ini bayi menumbuhkan cinta di hati, membangun rasa percaya di dalam diri dan terhadap orang lain, dan yang utama adalah tumbuhnya rasa aman. Itu sebabnya anak-anak dengan riwayat diabaikan, berisiko mengalami masalah-masalah emosi bahkan kejiwaan:
  • Mudah cemas, depresi, sulit percaya pada orang lain dan merasa tidak aman.
  • Penelitian Dante Cicchetti, ahli psikopatologi dari University of Minessota (AS) menyebut, 80% bayi yang ditelantarkan menunjukkan perilaku kelekatan yang tidak jelas.
  • Di usia muda anak menolak dan melawan ppengasuhnya, bingung, gel;isah, atau cemas. Di usia 6 tahun, anak tidak bertingkah laku layaknya anak, ia ingin mendapat perhatian dengan cara melayani orang tuanya.
 Dampak fisik: Asupan gizi yang tidak memadai.