Lomba Senjata China Versus
Amerika Serikat.
China
kini aktif mengembangkan pesawat tanpa
awak (Unmanned Aerial Vehicle). Contohnya pesawat Yilong I (Pterodactyl) dan
BZK-005 yang keduanya memiliki spesifikasi persis dengan Predator dan Global
Hawk milik militer Amerika Serikat. Sebelum kedua pesawat ini diperkenalkan,
China juga tercatat memiliki pesawat tanpa awak yang oleh pihak barat dijuluki
sebagai Dark Sword. Dark Sword ini pertama kali terdeteksi pihak barat pada
tahun 2006 yang lalu dan diperkirakan mampu melakukan perjalanan tanpa awaknya
jauh dari wilayah China. Dan untuk mendukung kekuatan pesawat tempur mereka,
musim panas yang lalu pemerintah China telah mengumumkan pembangunan 11
pangkalan udara baru di sepanjang pantai China.
Sebagai
tambahan, jika sebelumnya hanya Amerika Serikat yang memiliki kemampuan untuk
mengirimkan kapal induk yang penuh dengan pesawat siap tempur kesetiap penjuru
bumi, China kini diketahui telah membeli kapal induk milik mantan Uni Soviet
berukuran 65 ribu ton dengan memanfaatkan suatu Travel Agen palsu sebagai
perusahaan pembelinya. Kapal induk tersebut diketahui kini telah dilengkapi dengan
mesin dan persenjataan baru termasuk dalam hal ini sejumlah rudal permukaan ke
udara yang oleh pihak barat dijuluki Flying Leopard (Singa Terbang) dan sistem
pertahanan udara otomatis. Kapal induk tersebut kini bernama Liao Ning mampu
mengangkut 50 unit pesawat jet tempur Shen Yang J-15 'Flying Shark' (Hiu
Terbang). Jet tempur ini berkemampuan sebanding dengan Jet Tempur Amerika
Serikat jenis F-18.
Dan sebagai perkembangan teknologi untuk
Angkatan Darat China, pemerintah China kini juga telah memiliki sejumlah rudal
jarak jauh yang berkode DF-21D. Rudal ini dapat diluncurkan dari truk khusus,
sehingga dapat dimobilisasi dengan cepat. Pihak barat menjulukinya sebagai
Carrier Killer.
Disamping
itu, secara rahasia, China diketahui tengah menyiapkan sejumlah kapal perusak
anti deteksi radar yang masing-masing berukuran 8 ribu ton dan sejumlah kapal
selam nuklir serta sejumlah kapal peluncur kendaraan amphibi.
Kabar terbaru menyatakan bahwa China baru saja
meluncurkan kapal penjelajah baru berukuran 36 ribu ton bernama Bahai Sea Green
Pearl yang mampu mengangkut 2 ribu prajurit beserta 300 kendaraan tempurnya.
Dalam hal ini China menyatakan bahwa kini mereka siap mendukung misi keamanan
PBB meskipun pasukan mereka harus berada di pedalaman Afrika atau Amerika
Selatan.
Perlu diketahui bahwa hingga saat ini, sistem
informasi militer dan pemerintahan Amerika Serikat 80% mengandalkan satelit dan
GPS.
Sementara itu, China diketahui tengah
mengembangkan sejumlah satelit mikro yang mampu bertindak sebagai pesawat
'kamikaze' sehingga mampu merontokkan satelit manapun yang dipandang sebagai
bahaya bagi China dengan cara menabrakkan diri ke satelit lawan. Disamping itu
di permukaan bumi pun China tengah mengembangkan sejumlah senjata laser yang
dapat melelehkan satelit manapun yang dianggap sebagai musuh yang melintas di
wilayah udara China.
Kolonel Senior Yao Yun Zhu dari Chinese
Academy of Military Science menyatakan bahwa kini Amerika Serikat bukanlah
satu-satunya negara dengan kekuatan super power di ruang angkasa. China tengah
menyiapkan pengiriman lebih dari 100 satelit militer dan sipil dalam dekade ini
dengan menggunakan pesawat ruang angkasa pengirim tanpa awak dan dapat dipakai
ulang. Pesawat ruang angkasa tersebut bernama Shen Long.
Dalam hal perang 'Cyber', China juga
mengembangkan suatu sistem yang disebut sebagai Informationized Warfare
(Peralatan Perang Sistem Informasi). Jika Amerika Serikat memiliki Cyber
Command, China kini tengah melatih sejumlah 130.000 personil untuk perang
sistem informasi.
Sementara itu, minggu lalu, Angkatan Laut
Amerika Serikat telah selesai melaksanakan uji penempatan pesawat X-47B di
kapal induk bertenaga nuklir kelas Nimitz USS Harry S Truman. X-47B adalah
pesawat jet tempur tanpa awak (Unmanned Combat Air System / UCAS) buatan
Northrop Grumman Amerika Serikat.
Uji coba ini dimulai tanggal 26 November 2012
yang lalu. Dalam uji coba kali ini masih belum meliputi tes lepas landas dan
mendarat di kapal induk tersebut. Uji coba kali ini antara lain bertujuan
melakukan pengetesan tata cara pengangkutan dan penempatan pesawat khusus ini
di kapal induk, penarikan di geladak dengan traktor pemindah, pengarahan posisi
dengan kontrol operator menggunakan katrol, dan pengetesan sistem digital
mesinnya dalam area yang dipenuhi gelombang elektromagnet.
Sehingga,
justru yang menjadi kekhawatiran Amerika Serikat adalah
persenjataan-persenjataan non nuklir pihak China.
Memang saat ini Amerika Serikat dan China
terikat dalam banyak kesepakatan perdagangan dan investasi. Tetapi seperti di
uraikan sebelumnya, akan selalu ada kemungkinan kedua pihak ini dapat memiliki
kepentingan yang saling berseberangan, dan ini bersifat sangat riskan meskipun
kedua pemerintahan menyatakan bahwa perselisihan yang mungkin terjadi antar dua
negara akan menimbulkan efek merugikan yang sangat besar bagi kedua belah pihak
sehingga mereka akan selalu berusaha menghindari konfrontasi langsung.
Mungkin itu juga sebabnya saat sejumlah
laporan intelijen menunjukkan bahwa pesawat mata-mata Iran RQ-170 yang jatuh di
perbatasan Iran baru-baru ini ternyata dibuat dengan bekerjasama dengan
sejumlah ilmuwan China, pemerintah Amerika Serikat memilih untuk tidak banyak
berkomentar.
Memang dalam banyak hal Amerika Serikat perlu
sangat berhati-hati dalam menghadapi China. Karena, berbeda dengan Uni Soviet
dulu yang merupakan gabungan dari banyak negara-negara komunis yang 'terpaksa'
bersatu dalam Persatuan Soviet dan terdiri dari banyak ras suku bangsa sehingga
relatif mudah dipecah-belah. China sejak zaman dahulu adalah negeri tunggal
yang secara ras cukup homogen.
Selain itu, di Amerika Serikat sendiri sejak
zaman koboy sudah banyak orang-orang keturunan China yang sulit dibedakan mana
yang keturunan China Sosialis dan mana yang Kapitalis. Berbeda dengan Negara
China, dimana keberadaan orang kulit putih sangat mudah di tandai.